Senin, 30 Agustus 2010

MULIA DALAM DALAM TUHAN (Perikop PIlihan: Luk 9: 28-36)



Ketika suara itu datang, tampaklah Yesus seorang diri (Luk 9: 36). Tidak ada lagi Musa, tidak ada lagi Elia. Hanya Yesus saja yang masih tetap tampak dalam kemuliaan-Nya. Di atas gunung ada beberapa orang yg mulia. Pertama, TUhan Yesus sendiri. Wajahnya berubah dan pakaian berkilau-kilau. Kedua, Musa dan Elia, Mereka juga tampak dalam kemulian sedang asyik berbicara dengan Tuhan.
Keadaan mulia ini amat menyenangkan dan membahagiakan. Para murid Yesus, seperti Petrus, sangat merasakan dan mengalami hal itu. Ia merasa begitu senang dan bahagia sehingga Ia tidak mau kehilangan pengalaman yg membahagiakan dan menyenangkan itu. Namun apa yang terjadi kemudian? Keadaan langsung berubah. Semua yang lain hilang. Musa Hilang. Begitu juga Elia. Suasana menjadi gelap oleh awan. Mereka juga mulai takut. Yang tinggal sekarang Cuma Tuhan sendiri. Dialah satu-satunya yang bertahan.
Di dunia ini ada banyak orang yang mulia, dan ada banyak barang yang menyenangkan. Ada orang yang mulia karena kekayaan yang melimpah. Ada orang yang mulia karena hormat yang besar dan nama yang hebat. Ada juga hal atau barang yang menyenangkan. Rekreasi yang panjang, obrolan yang asyik dan lama. Tidur yang lelap, taman yang indah, lingkungan yang bersih. Namun ada satu satu hal yang sama dalam dunia ini yakni, sifatnya yang sementara. Manusia siapa pun dan barang apa pun, tidak satu pun yang bertahan lama, tidak ada yang kekal abadi selamanya.Segala sesuatu adalah kesiaa-siaan dan usaha menjaring angin. Demikian kata Pengkotbah.
Apa yang mesti kita buat?
Hari ini, Yesus datang bagai cahaya matahari yang terbit di hadapan kita. Cagaya yang membuka tirai kesdaran kita akan apa yang mesti kita buat. Kita toh tidak terus terpana terhadap pancaran yang cahaya yang mengalir dari tubuh Yesus. Kita memperhatikannya seperti memperhatikan cahya yang muncul dalam kegelapan, yang bercahaya di tempat yang gelap dan bagi mereka yang membutuhkan penerangan. Saat ini, matahari mulai bersinat dan mengakhiti kegelapan malam. Cahaya kemuliaan Yesus pun mulai kita rasakan di pagi yang indah ini.
Sebagai seorang Kristiani, kita diminta untuk membagi cahaya kemuliaan Tuhan kepada semua mereka yang masih berada dalam kegelapan. Mulai sekarang dan dalam komunitas ini, kita belajar membagi cahaya Tuhan kepada sesama kita dengan menolong sesama, menghargai dan menghormati sesama, mengoreksi dan memberi masukan. Dengan demikian cahaya kemuliaan Tuhan akan tetap abadi dalam diri kita.
Mulia yang tahan zaman adalah Tuhan sendiri. Buatlah segala sesuatu dalam Tuhan, maka kita akan dimuliakan. Tuhan yang mulia ada dalam dunia nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar