Rabu, 23 Juni 2010

Letak dan Perlengkapan Kubur Menurut Orang Lio

I. Awal Kata
Manusia adalah makhluk yang mengarah kepada kematian. Semua orang sadar akan adanya kenyataan bahwa suatu saat manusia pasti akan mati. Dalam pandangan orang Lio kematian merupakan saat perpisahan antara jiwa dan badan. Pada saat kematian, jiwa (mae) akan terlepas dari badan (tebo) dan kembali ke tempat asalnya. Perpisahan ini menyebabkan manusia tidak lagi menjadi manusia yang utuh karena yang tinggal tetap hanyalah jiwa. Meskipun demikian, ini tidak berarti orang Lio menyepelekan badan (tebo), keduanya-duanya dilihat sebagai satu kesatuan yang integral. Karena itu, Orang Lio membuat kubur atau tempat persitirahatan yang layak bagi orang yang meninggal. Kubur akan dibangun dan dikerjakan secara khusus karena mempunyai arti tersendiri.

II. Letak Kubur dan Artinya Menurut Orang Lio
Pertanyaan tentang letak kubur ini sudah pernah saya lontarkan Ada banyak jawaban yang dilontarkan dari para penatua, tetapi saya bisa mengerti sebagai berikut:
1. “Tau dari nia nai sa’o”
Ungkapan ini jika diterjemahkan secara harafia berarti supaya berdiri di muka dan tinggal menetap di dalam rumah. Berdiri di muka (dari nia) mempunyai arti yang sangat khusus. Istilah ini sering dipakai kepada mereka yang secara fisik kuat dan bisa menjaga orang lain di belakangnya. Mereka mewakili orang yang ada di belakang. Tetapi secara singkat diterjemahkan sebagai penjaga saja. Istilah menetap dalam rumah (nai sa’o) mempunyai arti bahwa mereka selalu ada bersama keluarga yang ditinggalkannya setiap saat. Sampai dengan saat ini masih bisa dijumpai dalam beberapa rumah, orang meletakan potongan-potongan kayu yang berbentuk rumah di atas atap bagian dalam, yang biasa disebut lepa ata mata (pondok untuk orang mati). Orang yang meninggal diyakini juga datang dan tinggal bersama mereka di dalam rumah. Dengan demikian kubur yang letaknya di depan rumah mempunyai arti sebagai penjaga terhadap keluarga yang ditinggalkan sekaligus simbol kebersamaan dengan keluarga yang masih hidup dalam rumah tersebut. Mereka juga diyakin akan melindungi kita dari segala macam gangguan dan pengaruh jahat.
2. Penghormatan dan kenangan
Sangat jarang dan hampir tidak pernah ditemukan orang Lio menguburkan seseorang di belakang rumahnya. Kebanyakan mereka menguburkan orang yang meninggal di depan rumah. Meskipun ada yang di samping rumah tetapi hal tersebut biasanya karena alasan tidak adanya tempat di depan rumah. Ada maksud lain tentang kubur yang dibangun di depan rumah, yakni untuk menghormati dan mengenangkan orang yang sudah meninggal. Berdasatkan tradisi lokal, sekurang-kurangnya orang yang berdiri atau duduk di muka adalah orang dipandang terhormat. Mereka dinilai mempunyai jabatan atau pengaruh tertentu dalam masyatakat. Karena itu kubur yang dibuat di depan merupakan bentuk penghormatan bagi otang yang sudah meninggal dunia. Yang ada di depan juga mudah sekali untuk dikenang ketimbang yang ada di belakang.
3. Posisi kubur
Bagi orang Lio khususnya Lio tengah (Wologai dan sekitarnya), kubur biasa dibangun dengan posisi kepala di arah timur dan kaki di arah barat, atau posisi kepala di arah selatan dan kaki ke arah utara. Ini menunjukan kepalanya harus ke arah puncak gunung Kelimutu karena orang Lio mempunyai kepercayaan bahwa arwah orang yang sudah meninggal akan pergi dan menetap di Kelimutu. Sekurang-sukurangnya posisi kepala harus ke arah tempat yang lebih tinggi, bukan sebaliknya ke arah lembah atau dataram rendah. Orang Lio akan menganggap pemali atau tabu jika posisi kepala diletakan ke arah kali atau sungai. Dataran tinggi merujuk pada puncak Kelimutu sebagai puncak tertinggi di wilayah Lio.

III. Perlengkapan Kubur
Dalam masyarakat tradisional kubur masih dibuat dengan cara yang amat sederhana yakni dengan sebuah batu ceper di atas permukaan kubur. Kubur yang digali akan ditanam batu penyangga, dan di atas batu penyangga diletakan sebuah batu ceper. Biasanya batu ceper ini berukuran lebar. Maksud diletakan batu ceper ini adalah supaya bisa diletakan barang sesajian dalam bentuk makanan dan minuman. Orang Lio percaya bahwa makanan yang disajikan itu akan dimakan oleh para leluhur, semua anggota keluarga yang telah meninggal. Bentuk batu yang lebar dimaksudkan supaya para arwah yang sudah meninggal dunia bisa datang berkumpul dan makan bersama-sama. Ini semacam meja perjamuan. Di tempat ini yang bertugas membawa sesaji akan mengucapkan kara-kata ini: ka sai, are kau no’o nake, dowa gha ina (makanlah inilah nasi dan daging untukmu).
Secara umum kubur diuat dengan sangat sederhana tanpa berbagai ornament lainnya. Hanya saja sering juga dijumpai pada kuburan yang dibuat dengan atap mini, biasanya diletakan di atas atap bagian dalam, sebuah simbol yang terbuat dari bambu dengan bentuk seperti angklung, yang biasa yang biasa disebut dengan Ebe latu (kata ini dibaca seperti satu kaliamat, arti harafianya mereka ada). Ini merupakan simbol kehadiran orang yang telah meninggal dalam rumah tersebut. Biasanya dijumpai di sawah dan ladang yang juga berfungsi untuk menjaga sawah dan ladang serta hasil panennya.
Meskipun demikian, pada saat sekarang ini kubur orang yang telah meninggal dibuat dengan gaya modern, menggunakan semen, keramik, dll. Beberapa perlengkapan yang bisa kita jumpai adalah Salib, peti jenasah, tempat pembakaran lilin,dan juga tempat tabur bunga. Salib menunjukkan lambang kemenangan Kristus atas maut. Orang meyakini bahwa semua yang meninggal dalam nama Kristus akan dibangkitkan pula bersama Krtistus. Peti jenasah berfungsi sebagai tempat bersemayamnya jenasah. Sedangkan lilin dan bunga adalah tanda penghormatan dan kenangan kita, agar kita tetap bersatu dengan mereka dalam doa-doa.

IV. Penutup
Orang Lio melihat kubur bukan hanya tempat pemakamann kosong tetapi mempunyai arti tersendiri. Kubur merupakan sebuah tempat peristirahatan yang harus dijaga dan dirawat. Kubur juga merupakan simbol dan tanda pertemuan antara orang yang meninggal dan orang yang masih hidup. Di kubur orang biasa berdoa, melepaskan keluh kesah dan kerinduan. Kubur juga mempunyai arti yang amat penting yakni sebagai tanda kehadiran mereka yang telah meninggal bersama kita. Sebab itu, Orang Lio biasanya menempatkan kuburan di depan rumah, karena selain sebagai tanda penghormatan juga sebagai penjaga dan tanda kehadiran mereka bersama keluarga yang ditinggalkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar