Senin, 01 Maret 2010

BERKACA PADA PANGGILAN ABRAHAM (Menjadi Perantau Sekaligus Perintis)

Pada bulan kitab Suci tahun 2007, kepada kita disodorkan tema, “Abraham: Berkat Bagi Segala Bangsa”, yang merupakan hasil pertemuan KOMKIT Regio Nusa Tenggara. Tema ini ternyata sangat unik untuk direnung dibandingkan tema-tema sebelumnya. Keunikan itu ada dalam diri Abraham. Dengan kata lain, sosok Abraham membuat permenungan kita menjadi lebih unik dan terfokus. Abraham tidak sembarang dipilih untuk menjadi tokoh teladan dalam permenungan kita. Ada sesuatu yang unggul dari dirinya sehingga kita lebih memilih tokoh yang satu ini ketimbang tokoh-tokoh lainnya seperti Yeremia, Daud , Salomo, dll. Kita boleh bertanya, Apa isitmewahnya Abraham? Mengapa dia dipandang sebagai figur yang membawa berkat bagi segala bangsa?
Abraham dilahirkan di Ur- kasdim. Di tempat inilah dia hidup bersama bapaknya Terah, dan saudara-saudaranya Nahor dan Haran, juga keponakannya yang bernama Lot. Istrinya bernama sarah, seorang wanita mandul. Pada usia 75 tahun dia dipanggil Allah untuk berangkat ke tanah Kanaan. Abraham dan istrinya, sudah lanjut usia ketika Allah menepati janjiNya. Istrinya yang dikenal mandul itu ternyata pada hari tua melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Ishak. Abraham meninggal pada usia 175 tahun dan dikuburkan di Mekhpeda. Oleh orang-orang Yahudi Abraham dipandang sebagai bapak bangsa yahudi. Ketika Allah memanggil Abraham, dijanjikan kepadanya sebuah tanah dan banyak keturunan serta nama besar, dan menubuatkan Abraham sebagai berkat bagi bangsanya.
Dewasa ini kita mau mengakui tokoh Abraham sebagai bapa kaum beriman. Abraham ternyata mempunyai peranan penting dan menjadi tokoh panutan bukan hanya untuk orang yahudi tetapi untuk semua bangsa. Abraham juga menjadi tokoh panutan bagi beberapa agama seperti agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Karena itu kita diajak untuk hidup berdampingan secara damai dengan agama lain seperti seperti yang dirumuskan oleh komisi kitab suci NUSRA bahwa membaca dan mendalami tokoh ini bisa membantu kita untuk meningkatkan semangat berdialog dengan agama lain. Dalam perziarahan ke tanah Kanaan, Abraham merupakan seorang tokoh yang berhasil, bukan karena dari segi kapasitas ekonomi tetapi juga lewat jalinan relasi yang harmonis dengan penduduk asli tanah kanaan. Hal ini dilihat sebagai tanda bahwa dia sungguh diberkati oleh Allah. Kenyataan seperti ini ternyata cukup relevan bagi situasi kita, dimana orang hidup dalam pluralisme agama dan budaya seta mental perantau yang banyak menimbulkan konflik di tanah rantau. Tokoh Abraham bisa menjadi tokoh panutan bagi semua bangsa.

Kembali ke janji Allah
Peristiwa Abraham dipanggil Allah ternyata menjadi babak baru dalam kitab kejadian (Kej 12). Allah mempunyai maksud yang lebih mulia dari sekedar perjanjian. Kita akan menemukan bahwa janji Yahwe ini menyangkut tiga hal; Pertama, janji tentang tanah. Yang dimaksudkan dengan di sini adalah tanah Kanaan yang menjadi daerah baru (tanah rantau) bagi Abraham. Allah menjanjikan kepadanya tanah Di kanaan yang menjadi negeri keturunannya. Lalu kita bertanya, bukankah di Kanaan telah ada orang-orang asli di sana? Allah ternyata mempunyai rencana lain dalam diri Abraham. Kedua. Janji tentang keturunan. Di sini Allah berjanji kepada Abraham bahwa ia akan memperoleh keturunan dari istrinya Sarah. Walaupun janji Allah dinilai cukup narsis dan tidak masuk akal kerana Sarah kini dalam usia lanjut dan bahwa rahim Sarah telah tertutup. Tetapi Abraham toh tetap percaya juga bahwa bagi Allah tidak ada yang mustahil. Dalam usia lajut Sarah ternyata mengandung dan melahirkan seorang Anak yang kemudian diberi nama Ishak. Ini menunjukkan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan janjinya. Ketiga, janji tentang berkat bagi seluruh bangsa. Janji Allah ini bisa kita lihat dalam kitab Kej 12:1-3. Abraham ternyata merupakan tokoh pilihan Allah yang menjadi berkat bagi segala bangsa. “ Aku akan menbuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyur, dan engkau akan menjadi berkat” (ayat 2).
Dalam pergumulan dengan janji Allah, Abraham dikenal sebagai sosok yang setia. Kesetiaan itu ditunjukkan lewat hidup yang pasrah akan penyelenggaran Allah. Abraham sungguh meyakini bahwa Allah yang ia imani pasti akan selalu berpihak bagi umat yang berpasrah padaNya. Peristiwa penyerahan Ishak anak-Nya sebagai kurban bagi Allah menunjukkan ketaatannya kepada Allah. Meskipun demikian dalam menanggapi janji Allah Abraham juga sering rapuh. Kebimbangan dan rasa cemas pun muncul dan juga menghantui dirinya dalam bergumul dengan janji Allah. Peristiwa yang dianggap sebagai kelemahan dalam watak Abraham adalah kasus penipuan terhadap Firaun di mesir, yakni meminta sarah mengaku sebagai adiknya untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Peristiwa lain adalah peristiwa dimana Abraham mengambil Hagar sebagai istrinya. Ini juga menunjukkan bahwa dia kadang-kadang rapuh menepati janji Allah. Dari pergumulan akan janji Allah, kita bisa melihat bahwa tampaknya Abraham tidak hanya menjadi teladan bagi orang beriman karna kekuatan imannya tetapi juga karena kerapuhannya, karena jatuh bangunnya dalan beriman.

Menjadi Perantau yang Merintis
Bangsa Yahudi mengenang Abraham sebagai nenek moyang pertama di antara para bapa bangsa. Selain bapa para bangsa, Abraham mewakili hubungan-hubungan Israel dengan bangsa-bangsa tetangga seperti Aram, Moab, Amon, dan bangsa Ismail. Itulah sebabnya Abraham disebut sebagai tokoh yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan iman umat. Yesaya menyebutkannya sebagai sahabat Allah (Yes 41:8), sedangkan kitab suci perjajian baru juga menjadikan Abraham sebagai tokoh kesalehan (Mat 8:11, Luk 16:22-31) sekaligus contoh iman (Gal 3:6-9, Ibr 11:8-19). Abraham juga di pandang dalam kontak yang luas sebagai seorang perantau yang sukses. Perantau adalah orang yang merantau, dan merantau mempunyai arti sebagai pergi ke negeri orang untuk bekerja atau sekedar mencari pengalaman. Bagi Abraham merantau adalah pekerjaan yang tidak mudah. Tetapi Karena merupakan bagian dari penyelenggaraan Allah, Abraham menjadi perantau yang tangguh. Di tanah rantau itu pula Abraham menunjukkan perannya dalam merintis dan mengembangkan iman umat untuk percaya akan kuasa Allah. Dialah tokoh iman yang pertama. Karena itu tidaklah salah jika kita menyebutnya sebagai tokoh perintis. Tokoh yang membuka jalan sekaligus menjadi pelopor iman.
Tokoh Abraham juga relevan dengan situasi yang ada di masyarakat kita. Hidup dalam berbagai macam kemajemukan dan persoalan seputar masalah tanah, Abraham bisa dijadikan sebagai tokoh panutan. Jika kita telusuri kitab Kejadian bab 13, akan ditemukan pertentangan antara para gembala lot melawan para gembala Abraham. Dalam konflik tanah itu Abraham tampil sebagai tokoh pembawa damai yang rela berkorban. Banyak percecokan, pembunuhan sering muncul karena masalah kemajemukan dan kepemilikan tanah. Di sini kita bisa berkaca pada Abraham untuk menjadi pembawa damai di kalangan masyarakat. Abraham juga menjadi perintis iman umat kepada Allah. Dia adalah bapak umat beriman. Karena itu kita perlu belajar dari Abraham sebagai perantau yang sukses sekaligus perintis dalam hal iman. Kita semua adalah perantau, dan menjadi sukses tidak hanya dilihat dari kemampuan ekonomi tetapi dari segi iman kepada allah. Dalam perantauan itu kita bisa berkreasi dengan cara kita masing-masing untuk meletakkan dasar-dasar iman serta membuat banyak pembaharuan. Ingat bahwa merantau di tanah orang merupakan hal yang amat biasa, tetapi akan sangat luar biasa jika kita membuat banyak pembaharuan dalam kehidupan umat beriman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar