Senin, 27 September 2010

Mengenang Seratus Tahun Gerakan Ekumene

Judul : Gerakan Ekumene Suatu Panduan
Penulis : Dr. Georg Kirchberger, SVD
Penerbit : Ledalero Maumere, 2010
Tebal : 360 halaman

Siapa atau pihak mana yang paling bertanggung jawab terhadap keterpecahan Gereja? Pertanyaan ini tentu saja terlintas dalam benak kita ketika menemukan berbagai macam aliran kepercayaan dalam Gereja Kristen dewasa ini. Bukankah Yesus sendiri berdoa agar para pengikutnya bersatu supaya dunia percaya. Mengapa Gereja Kristen mesti terpecah-pecah?
Kita patut menyesal bahwa Gereja Yesus Kristus yang satu itu terpecah dalam sedemikian banyak Gereja dan persekutuan gerejani yang tidak bisa bersatu dan tidak dapat menghormati tuan mereka Yesus Kristus dengan sehati dan sesuara.
Dalam situasi demikian kita juga patut berterima kasih bahwa Roh Kudus sudah menggerakan banyak orang dewasa ini untuk mencari jalan, agar Gereja-gereja Kristen yang saat ini terpisah dan terpecah bisa lagi bersama-sama menyatakan Gereja Yesus Kristus yang Esa itu. Namun usaha ke arah itu, bukan hanya belum mendapat respon yang sungguh-sungguh posistif, tetapi terutama karena msih cukup banyak orang Kristen dalam pelbagai Gereja yang belum cukup mengetahui usaha kea rah kesatuan itu, yang sering disebut dengan gerakan ekumene.
Buku yang ditulis oleh Dr. Georg Kirchbereger, SVD ini merupakan suatu panduan bagi kita untuk mengenal dan mendalami seluk beluk perjalanan dan perjuangan ekumene itu dalam pandangan Kristen Katolik. Buku ini juga ditulis dalam rangka peringatan seratus tahun (1910-2010) Konferensi Misi Internasional di Edinburg yang pada umunya dipandang sebagai titik awal bagi gerakan ekumene modern. Selain itu, tahun ini, Gereja-gereja di Indonesia yang sekarang ini bernama Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia merayakan HUT-nya yang ke-60.
Mengenang kembali peristiwa historis besar ini sangat membantu kita untuk mengenal sekaligus mendalami gerakan ekumene dalam Gereja Kristen. Gerakan ekumene sungguh merupakan suatu jalan (the way) menuju Kristus yamg satu dan sama. Gerakan ini juga turut berdampak positif pada kerukunan dan sikap toleransi umat Kristen universal.
Dengan membaca buku ini, kita tidak hanya mengenal gerakan ekumene secara historis, tetapi seakan-akan membuat kita terus bermimpi akan kesatuan kembali Gereja-gereja Kristen yang sudah terpecah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar