Senin, 08 Februari 2010

Lukas Pengarang Injil: Hidup, Karya, dan Perjalanannya

Rukhe Alw. Woda

Lukas adalah seorang pengarang yang ingin membangun sebuah teologi. Demikian kata Mgr. Ignasius Suharyo yang memberikan definisi praktis-teologis tentang pribadi yang satu ini. Lukas memang sangat berbeda dengan ketiga penulis lain. Sehari-hari ia jarang berhadapan dengan berbagai jenis buku dan literature-literatur. Ia bahkan lebih akrab dengan berbagai jenis penyalkit yang ia jumpai di setiap pasien yang dirawatnya. Lebih lanjut Suharyao menyebutkan bahwa keistimewahan Lukas terletak pada dua hal pokok. Pertama, hanya Lukas yang melanjutkan injil keduanya yaitu kisah para rasul. Kedua, hanya Lukas yang membuka injilnya dengan pendahuluan (Luk 1:1-4).
Sejak abad kedua menurut tradisi, bahwa penulis Lukas memang bernama Lukas. Nama Lukas (latin: Lucius atau Loukaios) cukup lazim pada jaman itu. Meskipun demikian sangat sedikit sumber yang kita peroleh tentang Lukas. Dalam perjanjian baru nama itu hanya disebut tiga kali saja (Kol 14:14, Flm 24, dan 2Tim 4:14). Dalam Kol 4:14 ia disebut sebagai “tabib” dan sahabat Paulus, sedangkan dalam Filemon ia disebut sebagai teman sekerja Paulus. Berdasarkan Latar belakang seperti inilah, para ekseget kemudian menyimpulkan bahwa Lukas itu bukanlah orang Yahudi.
Selain surat-surat Paulus, juga ada beberapa kesaksian mengenai Lukas yang bisa ditemukan dalam kisah para rasul. Dalam kisah para rasul ada bagian yang disebut bagian “kami”. Penggunaan subjek kisah “kami” menunjukkan bahwa peangarang hadir dalam peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Jadi sekurang-kurangnya Lukas adalah kawan seperjalanan Paulus. Dapat diperkirakan, Lukas bertemu dengan Paulus di Troas menurut (Kis 16:8). Pertemuan inilah yang membuat Lukas memetuskan untuk pergi bersama dengan Paulus ke Makedonia dan kemudian ke Filipi.
Di Filipi Lukas belumlah menjadi orang penting karena pada waktu itu Paulus dan Silas masih sangat menonjol di kalangan umat. Sekitar tahun 57 ia pergi lagi bersama Paulus ke Yerusalem. Di sinilah ia mempunyai kesempatan untuk mengumpulkan sumber-sumber baik lisan maupun tulisan karena persis pada tahun 58-60 Paulus dipenjarakan di Kaiserea. Lukas juga mengenal secara baik tentang tradisi-tradisi dalam perjanjian lama serta situasi umat pada waktu itu sehingga tidak ada kesulitan yang ia temukan sewaktu mengumpulkan bahan.
Kekhasan Lukas bukan hanya terletak pada pribadinya tetapi juga pada gaya penulisannya. Tulisan-tuliannya terkesan sederhana dan kaya makna. Jika Paulus dikatakan sebagai Rasul kaum kafir demikian juga Lukas kadang disapa sebagai penulis kaum kafir karena suratnya yang khusus untuk yang bukan Yahudi. Demikian kita mengenal penulis yang satu ini bukan hanya sebagai dokter (tabib, teman Paulus, tetapi juga seorang penulis yang handal). Menyelami tulisannya membuat kita seolah-olah berada di tengah samudra yang kaya akan sumber daya alamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar