Senin, 21 September 2009

Selayang Pandang Paroki St. Yosep Detusoko-Ende

A. Data Sosiologis Detusoko
1. Nama: Paroki Santo yosep Detusoko
Berdiri: 27 Januari 1936. Gereja Paroki diberkati oleh Mgr. hendrikus Leven, 16 september 1937.

2. Topografis/geografis:
Wilayah paroki detusoko terletak di sepanjang ruas jalan raya Ende-maumere, Detusoko-Welamosa/Ropa, Detusoko-Maurole. Wlayah paroki Detusoko berbatasan dengan: barat paroki Wolotolo dan paroki Ratesuba, timur: paroki Moni, utara: paroki Mautenda dan Paroki Detukeli, selatan:paroki Jopu dan Ndona. Pusat paroki berada di pinggir jalan raya Ende-Maumere, yang dikelilingi barisan gunung dan bukit. Berhaa sejuk di sepanjang tahun. Hanya ada 2 KUB yang harus berjalan kaki yakni KUB Kelameta dan KUB Mbotujita. Wilayah paroki Detusoko berada dalam kecamatan Detusoko yang meliputi 13 desa: Niowula/ Wolomoni, Wolofeo, Sipijena, Detusoko Barat, Kelurahan Detusoko, Wologai, Wologai tengah, Wologai timur, Nuaone, Golulada, Numba, Wolomage dan Ranga.

3. Demografis
Sesuai dengan data tahun 2007 jumlah umat paroki Detusoko; 10.833 jiwa. Jumlah kepala keluarga sebanyak: 1.607 jiwa. Mayoritas penduduknya beragama Katolik. Sedikit saja yang beragama Kristen Protestan. Sebagaian besar umat terdiri dari petani, sedikit pegawai dan guru, wiraswata serta pengusaha. Di beberapa tempat ada umat yang mencari nafkah dengan merantau ke Malaysia dan tempat-tempat lainnya.

4. Sosio-ekonomis
Sebagian besar umat pekerjaannya bertani. Ada pertanian lahan basa (sawah) dan ada juga pertania lahan kering. Penghasilan utamanya antara lain; padi, ubi-ubian dan jagung. Di samping itu ada tanaman perdagangan yang ditanami; jambu mente, kemiri, dll. Hasil pertanian dapat dinikmati dengan sangant memuaskan. Namun terkadang juga dipengaruhi oleh iklim/cuaca. Meskipun demikian hidup perekonomian umat tergolong baik dan bisa memenuhi aneka kebutuhan umat. Proses pemasaran hasil pertanian sangat baik. Di Detusoko ada pasar inpres sehingga hasil pertaniannya langsung dijual di pasar Detusoko, dan ada juga yang dijual di Ende.

5. Keadaan sosio-edukatif
Paroki St. Yosep Detusoko memiliki 1 buah SMA Negeri, 1 buah SLTPK yayasan Marsudirini, 1 SMP satu atap di Sokoloo, 1 SD Negeri , 3 SD Inpres, 8 SDK Yasukel, 1 SDK Marsudirini, 2 TK Marsudirini, 2 TK Desa. Proses pendidikan dan kegiatan belajar mengajar di sekolah-sekolah tersebut berjalan sangat baik. Hanya ada satu buah SD yakni SDI Mbotujita (sekolah kecil/tampung) yang perlu mendapat perhatian serius, karena kegiatan belajar mengajarnya kurang berjalan normal. Mayoritas penduduk berpendidikan SD dan SMP, menyusul lainnya berpendidikan SMA dan memiliki jumlah yang cukup untuk berpendidikan di perguruan tinggi.

6. Sosio budaya dan Politik
Sistim adat bersama dengan kewenangan tua adat (Mosa laki) masih sangat dijunjung tinggi. Sehingga dengan itu keteraturan budaya dan sistim serta seremoni adat masih berjalan dengan baik. Hal yang perlu diperhatikan adalah soal kewenangan mosa laki diupayakan sekian sehingga tidak membebani masyarakat. Sementara itu iklim kehidupan berpolitik berjalan secara baik dan normal. Masyarakat agak dewasa dalam berpolitik. Berani memerikan usul sarandan kritikan yang membangun serta berani menyuarakan hal-hal yang tidak beres dalam kehidupan bermasyarakat.

7. Sosio-religi
Umat paroki Detusoko memiliki praktik penghayatan hidup religi yang cukup baik. Semua umat menghayati dan menyadari akan pentingnya sebuah kehidupan keagamaan yang lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan terus-menerus meningkatnya rasa keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan lewat partisipasi aktif dan penuh tanggung jawab dalam setiap perayaan liturgy dan pelayanan sakramen. Sementara itu kesadaran berparoki dan berpastoral juga semakin baik dan meningkat. Dengan segala situasi dan berbagai aspek kehidupan yan gmembentuk dan mempengaruhi mereka, mereka memiliki tanggapan dan respon yang baik dalam membangun kehidupan berparoki. Merka sementara berjalan menuju terciptanya sebuah gereja yang berdikari dan mandiri. Hal ini terbukti lewat partisipasi, kerja keras danpengorbanan yang diberikan entah secara moril maupun material. Umat tidak menutup mata untuk semua kegiatan pastoral entha yang diturunkan dari tingkat atas maupun yan gmerupakan kesepakatan bersama dalam tingkat paroki. Demi suksesnya kegiatan pastoral ini peran serta kaum awam sangat baik dan meningkat.

8. Struktur Organisasi, Kepungurusan Paroki dan Perannya
Ketua dewan: Pator Paroki (ex officio)
Ketuan rumpun:
a. Rumpun pewartaan: membawahi seksi liturgy, kitab suci, katakese, lembaga pembinaan rohani.
b. Rumpun pembinaan: membawahi seksi kepemudaan, pendidikan, kerasulan awam, pastoral keluarga, moderator rohani, KKI.
c. Rumpun pelayanan kemasyarakatan: membawahi seksi PSE, JPIC, migrant dan perantau, kosmos, kesehatan, gali dana.
Para ketua lingkungan ada 16 lingkungan dan 83 KUB.
Pelayanan pastoral melibatkan kerja sama yang baik antara pastor beserta para awam yang menangani seksi-seksi dalam dewan pastoral paroki, kepengurusan lingkungan dan KUB. Semua seksi dalam DPP memiliki program kerja yang disepakati bersama dalam siding pleno paroki. Evaluasi atas semua program kerja dan kebijakan pastoral dilakukan sekali setahun dalam sidang pleno pastoral.
9. Ketenagaan dan Sarana
a. Ketenagaan
Pastor: 2 orang
Karyawati: 2 orang
Pegawai/Karyawan: 1 orang

b. Sarana
Gereja: 1 buah
Rumah Pastoran: 1 buah
Gedung Paroki: 1 buah
Penggilingan: 2 buah (1 unit lagi macet)
Asrama: 2 buah (asrama putrid dan asrama putra)
Sarana air bersih dan rumah tangga pastoran memadai.

B. Data Sejarah Singkat
1. Perekmbangan Awal
Tahun 1920 sampai 1936, Detusoko adalah stasi dari paroki Ndona. Dengan kesulitan sarana transportasi pada waktu itu, maka kunjungan umat dijalankan dengan berjalan kaki atau berkuda. Pada hari Natal dan Paskah umat biasanya mengikuti perayaan Gerejani di Ndona. Dan untuk perayaan ini, beberapa malam mereka harus menginap di Ndona.

2. Dari Stasi ke Paroki
Awal tahun 1936, Detusoko beralih status menjadi paroki. Pemberkatan gereja paroki dilaksanakan sebagaimana diinformasikan di atas. Gereja dibangun dengan bahan baku didatangkan dari Ndona dan tukang yang mengerjakannya didatangkan dari Maumere. Bangun Gereja pertama dibuat setengah tembok sementara rumah pastoran dibuat permanen. Sejak tahun ini pula pastor mulai menetap tinggal di Detusoko. Cakupan wilayah paroki ini meliputi Mukusaki, Detukeli, Wolotolo, dan daerah sekitarnya. Tiga pastor pertama yang menetap di Detusoko: P. Yosep Lambert (untuk Detusoko, Wolotolo dan Saga), P. Grenter (Untuk Mukusaki dan Mautenda), dan P. Tol (untuk Detukeli).
Untuk pelayanan umat dalam wilayah luas dan medan berat ini, maka para pastor juga mengangkat dan menetapkan guru-guru agama di setiap kelompok umat.

3. Para Pastor Yang Pernah Bertugas dan Menetap di Detusoko
a. 1924-1945: P. Yosep Lambert, SVD
b. 1933-1946; kemudian 1962-1966: P. Tol, SVD
c. 1946-1956:P. Nales, SVD
d. 1948; kemudian 1957-1959: P. Hackmann, SVD
e. 1951-1952: P. Lukas Lena, SVD
f. 1959-1962: P. Frans Nurak, SVD
g. 1966-1975: P. Robert Riwu, SVD
h. 1976-1986: P. Ludger Lengsing, SVD
i. 1985-1989: P. Wayan Eka Suyasa Silas, SVD (pastor pembantu)
j. 1987-1998: P. Yohanes Hambur, SVD
k. 1998-2003: P. Yohakim Werang, SVD
l. 2002-2003: P. Ferdi Mikhel, SVD (pastor pembantu)
m. 2004-skrg : Rm. Egidius Pareira, Pr
n. 2004-2007: Rm. Jeff Woi Bule, Pr (pastor pembantu)
o. 2007-skrg : Rm. Ivan seso, Pr (pastor pembantu)

:) Data ini diperoleh dari sekretariat paroki St. Yosep Detusoko

Tidak ada komentar:

Posting Komentar